This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 Desember 2013

Perbanyak Istigfar y Tik

Penyemanagat Pagi...
��������������

Keutamaan Istighfar..
              ***
Suatu hari, Imam Ahmad bin Hanbal kemalaman di suatu daerah. Karena tak punya tempat menginap, beliau bertanya kepada orang-orang. Mungkin karena tak ada yang mengenali sosok Imam Ahmad, tak ada satupun yang mau menampungnya.

Kecuali satu. Seorang tukang roti.

Sampai di rumah sang tukang roti, perut Imam Ahmad kelaparan. Beliau memang belum makan. Maka, begitu baik hatinya, si tukang roti membuatkan roti baru untuk tamunya. Yang hangat dan menggoda selera.

Yang menarik, ketika tiba waktunya mengaduk adonan. Saat itu, si tukang roti terus-menerus mengucap istighfar. Keheranan lah Imam Ahmad, dan berujung tanya. Kenapa si tukang roti berbuat demikian?

Ia berkata, dengan istighfar, Allah selalu memudahkan hidupnya. Selalu membantunya menemui jalan keluar dari setiap masalah. Dengan istighfar, keinginan-keinginannya juga dikabulkan.

Semuanya sudah dikabulkan, "kecuali satu."

Ya, hanya ada satu saja keinginan si tukang roti yang belum terkabul.

"Apa itu?"

Bertemu salah satu imam besar bernama:

Ahmad bin Hanbal.

Imam Ahmad pun tersenyum dan mengaku: dialah Ahmad bin Hanbal.

Maasyaa Allah...
-----------------------
Benarlah Rasulullah SAW yg bersabda:
"Barangsiapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."

(HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

Niat

Demi Allah, orang2 yang selalu membantu orang lain dengan tulus, maka tidak akan pernah dibiarkan oleh Allah sendirian. Orang2 yang ihklas menolong, meringankan urusan orang lain, tidak akan pernah sendirian. Jika dia diuji dengan beban kehidupan, kesusahan--karena hidup ini penuh ujian, maka pertolongan Allah selalu dekat baginya.

Bahkan pertolongan itu datang laksana seekor harimau mengaum, dikirim bagai hujan deras, berderap laksana ribuan kuda. Kita saja tidak bisa melihatnya.

" Barangiapa yang meringankan salah satu dari kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan salah satu kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa yang yang memudahkan orang yang mendapat kesusahan, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Barangsia yang menyembunyikan keaiban seorang muslim lain, makaAllah akan menyembunyikan keaibannya di dunia dan akhirat. Allah menolong seorang hamba selagi hamba itu menolong saudaranya”. (kelas hadist ini sahih, silahkan cek sendiri)

Maka, jangan lakukan sebaliknya. Masih saja kepala dipenuhi cara berpikir: menyusahkan orang lain, ribet, mencari kesempatan dalam setiap urusan, dsbgnya, dsbgnya. Kita sejatinya justeru sedang menyusahkan diri sendiri.
Sebelum Menikah

“Beruntunglah jika saat ini anti belum menikah…” kata partner kerja saya tiba-tiba. 
“Lha kok begitu?” jawab saya penuh tanya.

”Iya tentu saja… sebab terlalu banyak wow dan haaah yang bakal anti temui sesudah menikah… itu sebabnya anti lebih beruntung punya waktu lebih lama untuk belajar dan mempersiapkan diri.”
Demikian partner kerja saya itu menjelaskan.
”Beda dengan saya dulu saat memutuskan menikah… tak banyak persiapan mental dan ruhiyah… terlebih lagi persiapan niat… akhirnya saat di awal perjalanan pernikahan saya sering mengalami shock terapy”
”Begitulah… jika tidak benar- benar menata niat sejak awal… bukan tidak mungkin bahtera rumah tangga yang telah dibina akan karam dihempas derasnya gelombang masalah,” begitu serius ia menasehati saya.
Banyak hal yang mungkin muncul dan menjadi riak-riak gelombang atau bahkan menjadi tsunami yang bakal menguji jalannya bahtera rumah tangga di antaranya orientasi sebelum menikah. Jika disorientasi sejak awal, bisa-bisa berbahaya. Misalnya saja, bagi wanita, orientasi awal menikah adalah untuk melepas beban mencari nafkah. Menikah biar ada yang ngasih biaya, tidak usah susah-susah bekerja.
Sebaliknya, bagi pria, saat menikah tak perlu lagi mencuci, menyetrika, atau berharap jika mau makan apapun sudah tersedia diatas meja. Lha, bagaimana jika yang terjadi sebaliknya dan tidak sesuai harapan? Gaji suami yang pas-pasan, cita rasa masakan istri yang tidak karuan, cucian dan setrikaan yang menumpuk bisa jadi ladang subur penyebab pertengkaran.
Belum lagi, kekurangan-kekurangan yang perlu disyukuri dan kelebihan-kelebihan yang patut diwaspadai dari pasangan yang dinikahi. Lebih pendiam, kurang cerewet, mendengkur jika tidur, malas mandi, malas dandan, pelupa akut, kebiasaan teledor, atau hobi belanja yang kurang sesuai dengan anggaran bisa jadi mengundang persoalan.
Ditambah kemudian, kultur dan kebiasaan dari keluarga besar pasangan kita. Mertua yang terlalu baik hingga setiap ada persoalan suami-istri selalu mengambil peran untuk membantu menyelesaikan. Mereka sering kali terlalu khawatir dengan sang anak hingga setiap keperluan masih selalu saja diperhatikan. Tak jarang, eksistensi sang menantu jadi terabaikan. Demikian banyak hal, mulai yang sepele hingga yang serius yang bisa menjadi pemicu masalah yang bila kurang bijak dalam menyikapi dan menuntaskannya akan berbahaya.
Maka dari itu, sejak awal kita harus menata persepsi. Menikah tak hanya yang indah-indahnya saja yang merupakan nikmat. Berlelah-lelah mencari nafkah itu juga nikmat. Berusaha memberi senyum termanis di sela lelah mengurus rumah seharian adalah nikmat. Bersungguh-sungguh menerima dan memahami pasangan dengan sepenuh hati itu nikmat. Merebut hati mertua dengan simpati adalah nikmat. Menerima nasehat bijak yang mungkin menyakitkan dari mertua adalah nikmat.
Sebagaimana dikatakan Salim A. Fillah, sebab menikah adalah nikmat dan keindahan kecuali bagi yang menganggapnya sebagai beban. Sebab rumah tangga adalah kemuliaan, kecuali bagi yang memandangnya sebagai rutinitas tanpa makna. Sebab menikah adalah salah satu wasilah untuk mendapat surga, kecuali bagi yang mejadikannya sebagai fase hidup yang dilewati begitu saja.
Adalah niat. Itulah persiapan pranikah yang terpenting yang bisa saya dapatkan dari perbincangan saya dengan rekan kerja saya tersebut. Sebagaimana yang pernah disinggung oleh Ustadz Fauzil Adhim di sebuah forum kajian, “Jika ada seandainya ada 8 kali pertemuan kuliah pranikah maka hendaknya ada 6 kali pertemuan yang hanya akan membahas 1 hal saja, yaitu niat. Innamal a’maalu bin niyaati wa innamaa likullimrii-in maa nawaa.
Berbagai macam kitab hadits menempatkan hadist tersebut hampir selalu di awal pembahasan menegaskan bahwa apa yang kita peroleh berdasarkan atas apa yang kita niatkan. Niat awal ketika mulai memutuskan untuk menikah itulah yang akan menjadi pondasi pijakan kita dalam bersikap dan saat mengambil keputusan penting saat datang persoalan yang genting. Niat pula yang akan menentukan apakah ada barakah di sepanjang perjalanan pernikahan yang dilalui. [Kembang Pelangi]

diedit secara teknis oleh @denty_kusuma tanpa mengurangi substansi utama.

Kamis, 19 Desember 2013

luruskan niat

jika hendak beribadah luruskan niat,
jika hendak berbicara,
berbuat,
bersikap,
bertingkah laku,
menegur,
berbicara,
menulis,
melihat,
setiap perbuatan dan aktivitas luruskan niat hanya karena Allah,yaa,karena Allah saja,jaga hati km dr penyakit hati yg tak Kau ridhoi y Rabb