This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 14 Mei 2014

Lelaki Shalih Belum tentu Menjadi Suami Shalih

Muslimedianews.com ~ Di program acara Islam Corner Radio Madina FM – radio Masjid Agung Jami’ Malang, saya pernah mendapatkan pertanyaan seperti ini: “Mau tanya, bagaimana menentukan laki-laki yang bisa jadi kepala rumah tangga setelah menikah nanti? Terima kasih.”


Pertanyaan senada, meski agak berbeda, saya terima di ponsel. Bunyinya – setelah saya edit format tulisan ala SMS yang banyak singkatannya, “Assalamu’alaikum. Kami mau tanya, sebenarnya aku sudah berkeluarga tapi aku suka atau kagum sama orang yang pintar mengaji, terimakasih.”

Saya sudah kasih jawaban melalui SMS juga pada si penanya. Kurang lebih, “Kagumi ilmu, mengaji dan amaliahnya, untuk ditiru. Bukan kagum dalam hal lain untuk tujuan lain.”

Saudari penanya membalas, “Jujur pernah muncul di hati seandainya aku punya imam seperti itu, yang bisa mendidikku tentang ilmu agama yang lebih dalam. Betapa tenangnya hati ini.”

Mendapatkan dua pertanyaan dari dua penanya yang berbeda itu, saya punya kesimpulan, seorang wanita pastinya mengharapkan seorang lelaki shalih untuk menjadi suaminya. Hal ini tentu baik. Namun, ketika dia sudah mendapatkan seorang suami, apakah masih pantas dia membayangkan lelaki lain untuk menjadi suaminya, meski dengan alasan lelaki lain itu – menurut pandangan pribadinya – lebih baik dari suaminya? Kita khawatir perasaan seperti ini akan menjadikan seseorang tidak mengalah pada takdirnya, setelah sebelumnya dia sudah berikhtiar.

Saya ingin menuliskan inti jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut di sini, untuk berbagi dengan yang lain. Semoga bermanfaat.

Nabi Muhammad, dalam hidupnya, juga sering menjadi tukang jodoh. Banyak riwayat yang menjelaskan hal itu, misalnya kisah perjodohan Julaibib dan lainnya. Nah, setelah mengamati apa yang dilakukan Nabi, berikut keterangan-keterangan dalam agama, kita sampai pada satu kesimpulan, ternyata dalam penilaian Nabi, lelaki shalih itu belum tentu menjadi suami shalih. Dengan ujaran lain, tidak semua lelaki baik, dapat menjadi suami yang baik!

Suami shalih, maknanya lebih luas dari pada lelaki shalih. Lelaki shalih adalah orang yang selalu melaksanakan perintah Allah baik lahir maupun batin. Misalnya, ia selalu berjama’ah di masjid, perilaku dan tutur katanya islami, meninggalkan hal-hal yang haram. Namun, dalam memberikan penilaian tentang siapa lelaki shalih itu, yang bisa kita lakukan hanya dari sisi lahiriahnya.

Secara lahiriah seseorang dapat dinilai sebagai orang beragama. Namun bisa saja dia ternyata tipe orang yang mudah marah, sering menghina dan merendahkan orang, ucapannya pahit, dan sebagainya. Hal ini tentu dapat menganggu ketenangan dan kebahagiaan rumah tangga.

Saya tandaskan pada saudari penanya, seseorang kelihatannya beragama dan berakhlaq baik. Namun ia memiliki beberapa sifat yang tidak cocok bagi Anda. Sebaliknya, justru ia cocok untuk orang lain, bukan untuk Anda.

Misalnya, lelaki itu bawaannya serius, sangat pendiam, melankonis, sulit tertawa, memiliki pergaulan sosial terbatas. Sedang Anda memiliki karakter sebaliknya: seorang sosialita, aktifis muslimah yang senang bergaul dengan yang lain, suka humor, dan sebagainya.

Saya tidak mengatakan sifat lelaki tersebut jelek. Namun sifat itu bagi Anda yang memiliki sifat yang saya contohkan tadi, bisa membuat Anda kurang nyaman dalam mengarungi rumah tangga.

Karena itulah, Nabi mengatakan (yang artinya): “Jika datang padamu lelaki yang kau ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tak kau lakukan, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang panjang.” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)

Perhatikan, Nabi tidak mengatakan “Jika datang padamu lelaki beragama dan akhlaknya baik”. Namun Nabi mengatakan, “Jika datang padamu lelaki yang kau ridhai agama dan perangainya”.

Apa bedanya?

Pernyataan pertama – dan itu tidak diucapkan Nabi – bermakna, orang tua harus menikahkan anaknya dengan lelaki shalih, dan bahwa lelaki shalih itu pasti akan menjadi suami shalih. Namun pernyataan kedua – yang diucapkan Nabi – memberikan pengertian pada kita bahwa orang tua dalam memilih calon menantu, syaratnya harus ridha terhadap agama dan perangainya, karena memang tidak semua lelaki shalih, kau setujui cara beragama dan perangainya. Jadi, ada unsur penilaian manusia di sini. Sedang penilaian manusia itu hanya terbatas pada sesuatu yang lahiriah atau yang tampak.

Kisah Fathimah binti Qays akan menjelaskan hal ini. Suatu saat, ia dilamar dua lelaki. Tak tanggung tanggung, yang melamar beliau adalah dua pembesar sahabat, yaitu Mu’awiyah dan Abu al-Jahm. Setelah dikonsultasikan kepada Rasulullah, apa yang terjadi? Nabi menjelaskan, baik Mu’awiyah maupun Abu al-Jahm, tidak cocok untuk menjadi suami Fathimah binti Qays.

Apa yang kurang dari Mu’awiyah dan Abu al-Jahm? Padahal keduanya adalah lelaki shalih dan memiliki keyakinan agama yang baik. Namun Nabi tidak menjodohkan Fathimah dengan salah satu dari keduanya, karena Nabi mengetahui karakter Fathimah, juga karakter Mu’awiyah dan Abu al-Jahm.

Lebih lanjut, Nabi menawarkan agar Fathimah menikah dengan Usamah bin Zaid, seorang sahabat yang sebelumnya tidak masuk “nominasi” Fathimah. Setelah Fathimah menikah dengan pilihan Nabi itu, apa yang dikatakannya setelah itu? Fathimah mengatakan, “Allah melimpahkan kebaikan yang banyak pada pernikahan ini dan aku dapat mengambil manfaat yang baik darinya.”

Jadi, kepala rumah tangga yang ideal bagi Anda dan seluruh wanita muslimah adalah: Pertama, lelaki shalih. Kedua, memiliki perangai yang sesuai dengan karakter Anda, dan ini nisbi atau relatif, yang tidak mungkin bisa dijawab kecuali oleh Anda sendiri.

Keshalihan seorang lelaki memang menjadi syarat bagi wanita yang ingin menikah. Namun, itu saja tak cukup. Perlu dilihat kemudian munasabah (kesesuaian gaya hidup, meski tak harus sama), musyakalah (kesesuaian kesenangan, meski tak harus sama), muwafaqah (kesesuaian tabiat dan kebiasaan). Sekali lagi, aspek kedua ini sifatnya relatif, tidak bisa dijawab kecuali oleh wanita yang akan menikah dan keluarganya. Oleh karena itu, kalau ada yang datang melamar, tanyakanlah karakter dan perangainya pada orang-orang yang mengetahuinya, baik dari kalangan keluarga atau teman-temannya.

Terakhir, bagi yang belum menikah dan sedang “mencari jodoh”, agama mensyari’atkan adanya musyawarah dan istikharah. Lakukanlah keduanya! Sementara bagi yang sudah menikah, terimalah keberadaan suami Anda apa adanya, karena menikah itu “satu paket”: paket kelebihan dan paket kekurangan dari pasangan. Tinggal bagaimana Anda menyikapi kelebihan dan kekurangan itu. Orang bijak menyikapi kelebihan dengan syukur, menyikapi kekurangan dengan sabar. Orang bijak itu “pandai mengubah kotoran yang tidak bermanfaat menjadi pupuk yang bermanfaat”.

Sesuatu yang baik dari suami, ajaklah dia untuk makin meningkatkannya. Sedang yang jelek darinya, bersama Anda, hilangkan dari lembar kehidupannya. Janganlah memikirkan lelaki lain. Karena boleh jadi lelaki lain itu dalam pandangan Anda baik, namun ternyata ia tak baik dan tak cocok untuk menjadi suami Anda.

Boleh jadi Anda melihat sepasang suami istri yang hidupnya bahagia. Lalu, Anda berkhayal seandainya lelaki itu yang menjadi suami Anda, pasti hidup Anda akan bahagia. Wah, itu belum tentu. Karena ternyata, bisa jadi lelaki itu memang cocok untuk perempuan yang sekarang menjadi istrinya, namun tidak sesuai bila menjadi suami Anda.

Satu yang pasti, percayalah bahwa pasangan hidup Anda adalah manusia terbaik yang diberikan Allah untuk Anda!

Kamis, 27 Februari 2014

Kehangatan yang tak tergantikan



Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
(QS.Ali Imran; 185)

Sudah cukup lama tidak menulis, walaupun aku merindukannya tapi beberapa aktivitas kesibukan akhir-akhir ini cukup menyita waktu, fokus dan perhatian.
2013 sudah berlalu, banyak hal yang telah terjadi di tahun ini, Juli 2013 mbah putri kembali ke Rahmatullah, semoga Allah berikan tempat terbaik untuk sosok mbah terhebat yang pernah kumiliki. Tahun dimana jarak Surabaya-Sragen terasa begitu dekat untukku. Yaa,,ini adalah tahun yang paling sering aku ketempat mbah, jika ada libur, jika mbah dirawat di rumah sakit, saat Bapak dan Ibu mengunjungi mbah, selalu berusaha menyempatkan diri untuk silaturahmi ke Sragen. Betapapun itu, kehangatan keluarga tetap tak dapat tergantikan. Mungkin karena itu, walaupun tengah malam saat yang lain lebih menyengakan untuk menarik selimut, di pukul 23.00 atau 24.00 WIB aku begitu berani menerjang  malam menuju terminal Bungurasih Surabaya meskipun sendirian, walau sebenarnya perasaan was-was sering menghantui. Tapi jangan dibayangkan ini adalah terminal separti di daerahku. Terminal ini adalah terminal terbesar di Surabaya jadi semalam apapun akan tetap saja ramai 24 jam nonstop. Aku lebih menyukai berangkat malam hari dari menuju Sragen, karena perjalan SBY-Sragen menempuh waktu sekitar 6 jam, jadi jika aku berangkat tengah malam maka aku akan sampai di Sragen pagi-pagi. Alasannya simple karena tidak ingin terlalu merepotkan Om atau adik sepupu yang nanti menjemputku di Alun-alun, Karena jarak dari sana ke rumah mbah menempuh waktu sekitar 20 menit. Jadi, jika aku berangkat sore dari Surabaya bisa dipastikan aku sampai Sragen akan tengah malam, so,,pilihan sampai di Sragen di pagi hari, ini lebih tidak menyenangkan menurutku.
               

Senin, 30 Desember 2013

Perbanyak Istigfar y Tik

Penyemanagat Pagi...
��������������

Keutamaan Istighfar..
              ***
Suatu hari, Imam Ahmad bin Hanbal kemalaman di suatu daerah. Karena tak punya tempat menginap, beliau bertanya kepada orang-orang. Mungkin karena tak ada yang mengenali sosok Imam Ahmad, tak ada satupun yang mau menampungnya.

Kecuali satu. Seorang tukang roti.

Sampai di rumah sang tukang roti, perut Imam Ahmad kelaparan. Beliau memang belum makan. Maka, begitu baik hatinya, si tukang roti membuatkan roti baru untuk tamunya. Yang hangat dan menggoda selera.

Yang menarik, ketika tiba waktunya mengaduk adonan. Saat itu, si tukang roti terus-menerus mengucap istighfar. Keheranan lah Imam Ahmad, dan berujung tanya. Kenapa si tukang roti berbuat demikian?

Ia berkata, dengan istighfar, Allah selalu memudahkan hidupnya. Selalu membantunya menemui jalan keluar dari setiap masalah. Dengan istighfar, keinginan-keinginannya juga dikabulkan.

Semuanya sudah dikabulkan, "kecuali satu."

Ya, hanya ada satu saja keinginan si tukang roti yang belum terkabul.

"Apa itu?"

Bertemu salah satu imam besar bernama:

Ahmad bin Hanbal.

Imam Ahmad pun tersenyum dan mengaku: dialah Ahmad bin Hanbal.

Maasyaa Allah...
-----------------------
Benarlah Rasulullah SAW yg bersabda:
"Barangsiapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."

(HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

Niat

Demi Allah, orang2 yang selalu membantu orang lain dengan tulus, maka tidak akan pernah dibiarkan oleh Allah sendirian. Orang2 yang ihklas menolong, meringankan urusan orang lain, tidak akan pernah sendirian. Jika dia diuji dengan beban kehidupan, kesusahan--karena hidup ini penuh ujian, maka pertolongan Allah selalu dekat baginya.

Bahkan pertolongan itu datang laksana seekor harimau mengaum, dikirim bagai hujan deras, berderap laksana ribuan kuda. Kita saja tidak bisa melihatnya.

" Barangiapa yang meringankan salah satu dari kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan salah satu kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa yang yang memudahkan orang yang mendapat kesusahan, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Barangsia yang menyembunyikan keaiban seorang muslim lain, makaAllah akan menyembunyikan keaibannya di dunia dan akhirat. Allah menolong seorang hamba selagi hamba itu menolong saudaranya”. (kelas hadist ini sahih, silahkan cek sendiri)

Maka, jangan lakukan sebaliknya. Masih saja kepala dipenuhi cara berpikir: menyusahkan orang lain, ribet, mencari kesempatan dalam setiap urusan, dsbgnya, dsbgnya. Kita sejatinya justeru sedang menyusahkan diri sendiri.
Sebelum Menikah

“Beruntunglah jika saat ini anti belum menikah…” kata partner kerja saya tiba-tiba. 
“Lha kok begitu?” jawab saya penuh tanya.

”Iya tentu saja… sebab terlalu banyak wow dan haaah yang bakal anti temui sesudah menikah… itu sebabnya anti lebih beruntung punya waktu lebih lama untuk belajar dan mempersiapkan diri.”
Demikian partner kerja saya itu menjelaskan.
”Beda dengan saya dulu saat memutuskan menikah… tak banyak persiapan mental dan ruhiyah… terlebih lagi persiapan niat… akhirnya saat di awal perjalanan pernikahan saya sering mengalami shock terapy”
”Begitulah… jika tidak benar- benar menata niat sejak awal… bukan tidak mungkin bahtera rumah tangga yang telah dibina akan karam dihempas derasnya gelombang masalah,” begitu serius ia menasehati saya.
Banyak hal yang mungkin muncul dan menjadi riak-riak gelombang atau bahkan menjadi tsunami yang bakal menguji jalannya bahtera rumah tangga di antaranya orientasi sebelum menikah. Jika disorientasi sejak awal, bisa-bisa berbahaya. Misalnya saja, bagi wanita, orientasi awal menikah adalah untuk melepas beban mencari nafkah. Menikah biar ada yang ngasih biaya, tidak usah susah-susah bekerja.
Sebaliknya, bagi pria, saat menikah tak perlu lagi mencuci, menyetrika, atau berharap jika mau makan apapun sudah tersedia diatas meja. Lha, bagaimana jika yang terjadi sebaliknya dan tidak sesuai harapan? Gaji suami yang pas-pasan, cita rasa masakan istri yang tidak karuan, cucian dan setrikaan yang menumpuk bisa jadi ladang subur penyebab pertengkaran.
Belum lagi, kekurangan-kekurangan yang perlu disyukuri dan kelebihan-kelebihan yang patut diwaspadai dari pasangan yang dinikahi. Lebih pendiam, kurang cerewet, mendengkur jika tidur, malas mandi, malas dandan, pelupa akut, kebiasaan teledor, atau hobi belanja yang kurang sesuai dengan anggaran bisa jadi mengundang persoalan.
Ditambah kemudian, kultur dan kebiasaan dari keluarga besar pasangan kita. Mertua yang terlalu baik hingga setiap ada persoalan suami-istri selalu mengambil peran untuk membantu menyelesaikan. Mereka sering kali terlalu khawatir dengan sang anak hingga setiap keperluan masih selalu saja diperhatikan. Tak jarang, eksistensi sang menantu jadi terabaikan. Demikian banyak hal, mulai yang sepele hingga yang serius yang bisa menjadi pemicu masalah yang bila kurang bijak dalam menyikapi dan menuntaskannya akan berbahaya.
Maka dari itu, sejak awal kita harus menata persepsi. Menikah tak hanya yang indah-indahnya saja yang merupakan nikmat. Berlelah-lelah mencari nafkah itu juga nikmat. Berusaha memberi senyum termanis di sela lelah mengurus rumah seharian adalah nikmat. Bersungguh-sungguh menerima dan memahami pasangan dengan sepenuh hati itu nikmat. Merebut hati mertua dengan simpati adalah nikmat. Menerima nasehat bijak yang mungkin menyakitkan dari mertua adalah nikmat.
Sebagaimana dikatakan Salim A. Fillah, sebab menikah adalah nikmat dan keindahan kecuali bagi yang menganggapnya sebagai beban. Sebab rumah tangga adalah kemuliaan, kecuali bagi yang memandangnya sebagai rutinitas tanpa makna. Sebab menikah adalah salah satu wasilah untuk mendapat surga, kecuali bagi yang mejadikannya sebagai fase hidup yang dilewati begitu saja.
Adalah niat. Itulah persiapan pranikah yang terpenting yang bisa saya dapatkan dari perbincangan saya dengan rekan kerja saya tersebut. Sebagaimana yang pernah disinggung oleh Ustadz Fauzil Adhim di sebuah forum kajian, “Jika ada seandainya ada 8 kali pertemuan kuliah pranikah maka hendaknya ada 6 kali pertemuan yang hanya akan membahas 1 hal saja, yaitu niat. Innamal a’maalu bin niyaati wa innamaa likullimrii-in maa nawaa.
Berbagai macam kitab hadits menempatkan hadist tersebut hampir selalu di awal pembahasan menegaskan bahwa apa yang kita peroleh berdasarkan atas apa yang kita niatkan. Niat awal ketika mulai memutuskan untuk menikah itulah yang akan menjadi pondasi pijakan kita dalam bersikap dan saat mengambil keputusan penting saat datang persoalan yang genting. Niat pula yang akan menentukan apakah ada barakah di sepanjang perjalanan pernikahan yang dilalui. [Kembang Pelangi]

diedit secara teknis oleh @denty_kusuma tanpa mengurangi substansi utama.

Kamis, 19 Desember 2013

luruskan niat

jika hendak beribadah luruskan niat,
jika hendak berbicara,
berbuat,
bersikap,
bertingkah laku,
menegur,
berbicara,
menulis,
melihat,
setiap perbuatan dan aktivitas luruskan niat hanya karena Allah,yaa,karena Allah saja,jaga hati km dr penyakit hati yg tak Kau ridhoi y Rabb

Kamis, 14 November 2013

Uhibukumfillah

Jika di masa depan aku bisa terlahir kembali,aku ingin tetap menjadi bagian dari keluarga ini,terlahir dari orang tua ini dan memiliki saudara ini,
ya Allah lindungilah aku dan keluargaku dari panasnya api neraka,
saraghae, uhibukumfillah...
semga Allah satukan kt hingga ke Jannahnya..aamiin y Allah

Prihatin

Siang itu mentari bersinar dng teriknya, 34 derajat Celcius adalah hal yg biasa d kota Pahlawan ini,alhasil ruangan2 adem adl menjadi tempat yg menyenangkan. Siang itu mau ke toko buku menunggu angkutan yg cukup lama, duduk di pingggir jalan,tiba-tiba di hampiri oleh beberapa anak SD karena memang posisi saya bersebelahan dng sebuah SD, saya memperhatikan aktivitas mereka, anak-anak itu sedang asyik memegang Hp dan saling memamerkan lagu2 yg ada d hp mereka,lalu memutar lagu2 u konsumpi orang dewasa dan bergoyang mengikuti iramany seperti yg lg tranding topik d Tv,awalnya saya sempat kaget kemudian mendekati anak2 itu dan mengajakny ngobrol,ternyta mereka kelas4,ketika saya tanya kenapa suka dgn lagu itu mereka jawab suka aja kan lucu mbk,
hmm, saya tidak tau generasi seperti apa yg akan d alami anak2 saya kelak yg pasti tugas saya ckup berat u mengalihkan hal2 postif u lebih d senangi oleh mereka, Smga bisa amanah,harapan itu masih ada...