Selain
masalah narkoba, masalah seks bebas hari ini adalah masalah yang sangat
mengkhawatirkan dari orangtua yang memiliki anak remaja. Bahkan, boleh
tidak setuju, bagi saya masalah seks bebas ini bisa jadi jauh lebih
berbahaya dari narkoba sekalipun. Jika anak kena narkoba bisa dikenali
dari ciri-ciri fisiknya, maka tidak mudah kita mengenali hanya dari
ciri-ciri fisik untuk anak-anak yang kecanduan pornografi dan terjerumus
dalam pergaulan seks bebas (seks di luar nikah).
Tidak mudah bagi
seorang anak remaja untuk ditawari narkoba langsung men-iyakan. Tapi
karena hasrat seksual punya modal naluri yang hinggap pada diri semua
manusia, maka jika tidak dibentengi dengan kendali pikiran yang baik,
bisa jadi menjadi mudah bagi seorang remaja untuk merasakan kenikmatan
seksual sebelum waktunya yang halal: menikah.
Pacaran adalah salah satu pintu gerbang untuk remaja-remaja kita
merasakan kenikmatan berhubungan dengan lawan jenis sebelum waktunya
yang halal tadi. Dengan pacaran, seorang anak remaja mengungkapkan rasa
ketertarikan pada lawan jenisnya dengan berbagai ekspresi: mulai dari
hanya perkataan, sentuhan sampai yang ekspresi seksual yang haram.
Bisa
jadi, awalnya tak satu pun anak remaja, apalagi remaja perempuan, yang
menginginkan terjerumus dengan seks tak halal tadi. Awalnya bisa jadi
mereka hanya ingin menunjukkan mereka ‘laku’. Awalnya bisa jadi mereka
hanya ingin memiliki teman curhat yang lebih perhatian. Awalnya bisa
jadi mereka hanya penasaran dengan gejolak perasaan yang mereka rasakan.
Tetapi, ketika sudah memutuskan pacaran, maka dekatlah pintu-pintu
perbuatan yang haram tadi.
Anda boleh lihat kiri kanan. Anda boleh
survei ke sekolah-sekolah. Anda boleh lakukan riset dengan wawancara
mendalam. Telitilah anak-anak yang pacaran. Berapa banyak diantara
remaja-remaja yang setelah 1 bulan pacaran tidak pernah berdua-duaan dan
ketemuan. Telitilah diantara mereka yang berduaan tidak mengumbar
kemesraan-kemesraan.
Lalu, periksalah diantara anak remaja yang
setelah kira-kira 3 bulan sering berduaan, berapa banyak diantara mereka
yang tidak pernah pegangan tangan?
Periksalah diantara anak
remaja yang setelah 3 bulan pegangan dan saling meremas tangan, berapa
banyak diantara mereka yang tidak mencium pipi lawan jenisnya?
Periksalah
diantara anak remaja yang setelah 3 bulan berani mencium pipi lawan
jenisnya, berapa banyak diantara mereka yang (maaf) tidak saling
berciuman?
Periksalah diantara anak remaja yang setelah 1 tahun
berani berciuman dengan lawan jenisnya, berapa banyak diantara mereka
yang (maaf) tidak melakukan petting (bercumbu)?
Ah, tak usah diteruskan lagi, rasakan akan ngeri jika membayangkan bahwa anak kita yang melakukannya.
Dads
& Moms setiap dari kita pasti faham bahwa adalah normal anak-anak
remaja kita menyukai lawan jenis. Masalahnya adalah sebagai orangtua,
kadang kita khawatir dengan cara menyukai lawan jenis anak-anak remaja
kita. Jaman ini, pacaran bagi remaja seolah menjadi tren dan seperti
‘wajib’ di kalangan mereka. Meski seharusnya tidak demikian bukan?
Sebagian
kita mungkin juga punya keyakinan bahwa pacaran adalah bagian dari
perbuatan mendekati zina. Tapi meski demikian, bagaimana cara kita
membimbing anak sehingga mereka memahami ini, akan menentukan apakah
mereka akan sefaham dengan kita atau tidak tentang hal ini.
Tidak
mudah bagi anak-anak kita yang remaja mengendalikan perubahan gejolak
perasaan, merasakan perubahan fisik pada tubuh mereka, mengantisipasi
berkembagnnya hormon-hormon seksual mereka.
Itu dari dalam diri
mereka sendiri. Belum lagi mereka mendapat ‘serangan’ dari luar:
rangsangan-rangsangan seksual dari video musik, tayangan video dan film,
internet, bacaan majalah, tontonan televisi yang kebanyakan bertema
“cinta” seolah mengajak dan menggoda mereka, anak remaja kita untuk
menyalurkan naluri kasih sayang pada jenis tersebut lebih dini yaitu:
pacaran.
Pertanyaannya, bagaimana cara kita mengkomunikasikan ini
pada remaja kita? Mari kita bantu anak-anak kita melewati fase ini
dengan lebih baik. Saya bertanya pada banyak orangtua tentang hal ini.
Jawaban apa yang akan mereka berikan pada remaja mereka jika mereka
bertanya tentang pacaran. Ada yang menjawab secara serius, ada yang
menjawab dengan santai dan bahkan ada yang menjawab dengan kocak, meski
pesannya tetap terkesan serius.
Kami pilihkan untuk Anda tanggapan
dari beberapa orangtua yang insya Allah dapat menjadi bahan kita,
menjadi referensi kita, untuk mengajak anak kita bicara, untuk mengajak
anak kita berdiskusi, menjadi sahabat kita.
Selamat menikmati.
Salam
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School
* * *
Jadikan Sebuah Rahasia
Pacaran
“???” mungkin akan saya jawab: “emang buat apa pacaran?” kalo dijawab:
“soalnya aku suka sama seseorang” trus akan saya jawab lagi: “memang
apa yg kamu suka dari dia?”, trus kl dijawab: “dia baik, perhatian,
selalu tahu perasaan aku, cakep, pintar, dan bla….bla…bla….”
Akan saya balas dengan senyuman dan pelukan yang erat sambil saya bisikkan padanya “I Love You……”
Lalu
akan saya cium keningnya dan menatap matanya sambil berkata “sayang…
Mami senang karna kamu sudah dewasa, Silahkan Mami ijinkan sayang untuk
menyukai siapa saja karena kebaikannya pada sayang…,karena sifatnya yang
baik…, karena prestasinya…, karena ketampanannya…, dan semua hal yang
menurut sayang itu baik…siapapun orangnya itu… Silahkan sayang cari
sebanyak-banyaknya orang yang begitu mengagumkan dengan dari
sifat-sifatnya, prestasinya, ketampanannya dan lainya
Dan jadikan
itu sebagai SEBUAH RAHASIA antara sayang dan Mami, dan Mami akan selalu
mendampingi sayang untuk melihat diluar sana hal2 yang begitu
mengagumkan lainnya.” ^_^
(Nur Dwi Andriani)
Ajarkan Tentang Hubungan yang Halal
Dari
kecil sy sudah mengajari menutup urat/berjilbab, jika nanti remaja dan
ada pertanyaan seperti itu, sy akan jelaskan batasan pergaulan antara
laki-laki & perempuan, mengapa aurat tidak boleh diitunjukkan kepada
yg bukan mahrom, sy akaan menjelaskan bahwa Islam tidak membolehkan
pacaran seperti Islam tidak membolehkan merokok, berbohong, melawan
orangtua, dll.
Islam mengajarkan hubungan yg halal, yg bernilai
ibadah, yg diridhoi Alloh antara laki2 dgn perempuan adalah pernikahan,
seperti ayah & bunda yang kemudian dikaruniai anak yg
shalih/shalihah seperti kalian..:)
(Eva Zulviana Harahap)
Seseorang yang Mencintai Akan Menghormati
Menurut kakak pacaran itu seperti apa?” tanya saya…
“sayang sama cowok ummi, abisnya dia baik, pintar dan bla…bla” balas anak saya..
“wah…
kalau seperti itu, semua orang juga suka nak, pinter, sholeh, baik,
ramah semua sifat mulia dan baik disukai oleh siapa saja” jawab saya…
“ih… ummi, tapi kalo ketemu dia kakak seperti deg degan gitu” balasanya…
“ehem….
sini sayang duduk dekat ummi, ummi mau kasih tau sesuatu. Kakak, yang
kakak rasain itu wajar, suka dengan semua kebaikan yang ada pada
seseorang, namun, kakak belum pernah tahu sisi buruk yang dimiliki
seseorang kan?, misalnya eh rupanya dia suka telat kalo bangun pagi,
suka gak rapi, dan sifat2 yang kakak gak suka lainnya melekat pada dia,
kakak pasti jadi krg suka kan?” tanyaku…
“Ah… ummi payah” jawabnya…
“Gini
kakak sayang, pacaran itu baru indah ketika kita telah menikah, karena
Allah telah menjaga komitmen bersama, segala sifat baiknya secara
otomatis kita terima, sifat buruknyapun akan kita sama2 usahakan agar
tidak jd perapuh hubungan, karena pacaran dengan komitemen yang
menyertakan Allah lah yang menenangkan
Dan, bila ada laki2 yang
benar2 sayang dan cinta sm anak ummi karena Allah, maka ummi yakin laki2
itu akan menempuh jalan yang Allah ridhai, yaitu menikah, pun bila
belum siap, maka dia akan menghormati wanita yang dicintainya, dia tidak
akan merayu, memegang tangan, mengajak berdua, karena dia tidak ingin
kesucian hati orang yang dicintainya ternoda gitu lho sayang….”
“Jadi, klo ada yang bilang suka sama kakak, trus pegang tangan, bukan laki2 baik dong ummi?”
“Belum
baik dan dia belum mencintai kamu karena Allah, mungkin sebatas kagum
saja dan biasanya setan suka jadi orang ketiga lho… hiy… ummi sih amit2
anak2 ummi dekat sama setan….
Anakku, Allah sayang sama kita, dan
karena sayangNyalah Ia buat aturan sesempurna mungkin untuk
menghindarkan kita dari celaka. Kakak juga liat diberita kan? hamil
diluar nikah, aborsi… Nauzubillah…
Ummi rasa, anak ummi adalah
anak yang cerdas, cukup tahu mana yang paling didahulukan pada umur yang
sekarang…hehehehe…eh…Kakak… kalau memang ada yang mau melamar anak
ummi, kasih tau ummi dan ayah jauh2 hari ya. Ntar ayah sama ummi mau
buat list pertanyaan yang pannnnjaaaaaaang….
Sampe ummi sama ayah yakin dia terbaik untuk melanjutkan estafet kami menjaga kakak…hehehehe…”
love you anakku
(sambil memeluk dan berurai air mata, karena tak terasa anakku telah beranjak remaja…)
(Ummu Chelia)
Bantu Lihat Positif Negatif, Biarkan Anak Memutuskan
Pacaran? pacaran kaya gimana sih?” (misal jawabannya kaya anak2 remaja sekarang)
“kalo
kamu liat yang pacaran, perasaan kamu gimana? suka risih atau aneh ga
liatnya?” (misal jawabannya iyah) “terus kamu mau kaya mereka? tiap
orang yang liat kamu merasa risih atau aneh..” (insya Allah jawabannya
ngga.. :D) “terus, kalo kamu pacaran sekarang, ada manfaatnya ga?”
(misal jawab ada bu..banyak) “ooo..kalo ibu dulu juga ada yang suka ama
ibu, tapi ibu mah males ah.. liat temen ibu malah sibuk pacaran.. mau
kemana-mana harus minta ijin.. ah ga bebas.. ga asik..” (kalo kata aku
justru asik bu) “oiya.. asik gimana?” dan seterusnya dan seterusnya.
Saya
akan ajak diskusi, keputusannya saya kembalikan pada anak saya.. yang
jelas saya bantu dia melihat apa negatif atau positifnya (jika ada
positifnya :D) dari arti “pacaran”. biarkan anak berfikir, biarkan anak
yang memutuskan, dan biarkan anak menerima konsekuensi dari apa yang
mereka pilih.. (Ummu Sina)
Ajak Bicara Sambil Bercanda
Kakak: ‘ehm..bi..aku boleh pacaran gak?’
Abi: ‘hehehe kakak suka sama si rangga yaa?’
Kakak: ‘eh..kok abi..?’
Abi: ‘ya iyalah abi tau..komen-komen kalian di fesbuk tu keliatan banget kak..hehehe’
Kakak: ‘hihihi..aaah abiii..’ (sambil nyubit)
Kakak: ‘menurut abi, rangga gimana?’
Abi: ‘rangga baik kok orangnya, kalian kan pernah satu smp juga’
Abi: ‘setau abi, ayahnya rangga bukan penjual bunga kan ya?’
Kakak: ‘emang bukan..’
Abi: ‘tapi kok kayaknya kalo ngomongin rangga, kakak jadi berbunga-bunga?’
Kakak: ‘abbbiiiiiiii…!’ (Ngejar-ngejar sambil megang sandal)
Abi:
‘oke-oke..,gini kak. Kakak tau kan dulu abi sama umi gak pacaran? Itu
karna kita tau nikmatnya pacaran setelah nikah. Insya Allah lebih enak
kemana-mana berduaan’
Kakak: ‘iya siih..’
Abi: ‘ya udah, tolong panggilkan umi boleh kak?’
Kakak: ‘abi mau kasi tau umi ya?’
Abi: ‘enggak kok. Cuma mau bilang terimakasih…sudah melahirkan bidadari solihah secantik kakak…’
Kakak: (pingsan..)
(Cahyono Budi)
* * *
Hehehehe yuk kita update terus komunikasi ke buah hati! Beda zaman, beda caranya..wallahu a’lam.
Abah: kayak cerpan ini yak?
Ajak Anak Curhat Pada Allah
Kalau
anak menginjak remaja dan suka dengan lawan jenisnya, kita beri
pengertian bahwa wajar ada perasaan itu saat seseorang menginjak
remaja,”tapi cukup curhat sama Allah saja ya sayang, trus curhat sama
ibu dan bapak juga boleh. InsyaAllah diberi ketenangan hati dan akan
dipertemukan nanti dalam pernikahan.
Jika Allah menetapkan dia
jadi jodohmu, kan Allah yang memiliki segalanya, Allah yang Maha
Mengetahui siapa jodoh terbaik untukmu, jadi lebih manjur curhat sama
Allah daripada ke teman atau bilang lansung ke orang yang kamu suka, ya
kan sayang?
Dan tidak lupa mengambil posisi menjadi sahabat buat
anak agar anak percaya serta merasa nyaman bercerita apapun yang
dirasakannya pada kita..
(Diah Ayu Sitoresmi)
Jelaskan Tanpa Kalimat Larangan
Insyaallah
saya akan berusaha menanamkan nilai-nilai Islami sejak dini, sehingga
dalam dadanya tumbuh rasa senang dan menerapkan nilai-nilai Islami tanpa
ada rasa terbeban.
Namun kita juga tak bisa menampik pengaruh
dari luar / lingkungan. Tapi setidaknya dengan menanamkan akhlak dan
nilai Islami sejak kecil, semoga anak punya benteng dari diri sendiri
yang kuat dan lebih paham tentang mana yang baik dan yang tidak.
Rasa
menyukai lawan jenis pada usia remaja adalah hal yang alami. Namun bila
anak telah tahu dan memahami akan cinta pada manusia dan cinta pada
Rabb itu saling berhubungan, maka ia akan lebih mengerti batasannya dan
mengapa dibatasi.
Namun bila anak bertanya “Ma, Pa, aku boleh
pacaran nggak?” Maka Insyaallah kami tidak akan menjawab dengan kalimat
larangan. Namun akan mengajaknya berdiskusi dan menjelaskan bahwa
menyukai lawan jenis adalah hal yang alamidan wajar, karena rasa cinta
adalah karunia dari Allah.
Tapi kamu tentu tahu Nak bila dalam
Islam segala sesuatu itu ada batasannya, ada yang dilarang atau
dibolehkan dengan melihat mudharat dan manfaat. Coba kamu lihat pakah
pacaran itu lebih banyak mudharat atau manfaatnya?
Dan Islam juga
telah menetapkan aturan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
sudah kamu tahu tentunya.. Silahkan ditimbang2 olehmu, Nak kira-kira
bagaimana sebaiknya untuk aqidah dan akhlaq kita, tentu kamu tidak mau
memutuskan sesuatu yang bisa merusak akhlaq dan aqidah kita tanpa
pertimbangan bukan.
Saya yakin anak Insyaallah akan bisa mengerti,
tentu dengan disertai curahan do’a, kasih sayang dan bimbingan dari
kita selaku orang tua. Insyaallah.. Wallahu alam bisawab
(Shinta Chalet)
Orang yang Kuat Tidak Pacaran Berarti Kuat Menjaga Diri
“Hihi…emang
kalo udah pacaran ngapain sih kak?” kalo dia jawab seperti remaja pada
umumnya yang isinya jalan berdua, nonton film, dan lain sebagainya..
Kak..
dulu..pas abi seumuran kakak, ada yang abi naksirin.. ada jg cewek yang
naksir sama abi.. keren kaaan hehe (ge er sedikit :d)..muncul
keinginan..kayanya seru juga kalo abi pacaran kaya kebanyakan teman2 abi
waktu itu..salah ga? Ngga..karena keinginan menyukai dan disukai itu
fitrah kak.. itu normal.. keinginan pacaran jg manusiawi karena faktor
lingkungan yang ‘mendukung’
Tapi kemudian abi ingat dari guru
ngaji abi..dari buku2 islam, bahwa bagi kita muslim/ah ada
batasan-batasan yang harus kita jaga..dalam interaksi kita dengan lawan
jenis..yang kesemuanya itu bertujuan agar pertemanan kita dan teman
lawan jenis kita tidak mendekati zina atau terjerumus kepada perbuatan
zina.
Ditambah lagi waktu itu abi masih sekolah..wah urusan
sekolah aja sudah cukup menyita waktu, belajar, ikut organisasi, dsbnya,
dan abi pikir ini harus diprioritaskan daripada membuang waktu seperti
aktifitas pacaran.
Dan orang yang menjaga diri untuk tidak ikut2an
pacaran atau mendekati zina diibaratkan oleh Rasullah SAW seperti
sedang berpuasa..kenapa? karena pada saat berpuasa..makan dan minum yg
tadinya halal menjadi haram..ia kan kembali halal jika sudah tiba waktu
berbuka. singkat cerita..abi pun tidak pacaran..hingga Allah SWT
mempertemukan abi dan ummi dalam pernikahan..dan pernikahanlah yang
menjadikan halalnya abi dan ummi untuk berpacaran..so kakak ga perlu
minder kl ga pacaran.. karena semua akan indah pada
waktunya..insyaAllah”
(Nur Shandi)
Belajar Analogi Praktik Langsung Beli Buah di Pasar
Setelah
berdialog tentang apa yang sebenarnya dia inginkan, saya akan
mengajaknya jalan-jalan ke pasar atau super market, lalu memintanya
memilih buah, setelah mencicip/mencobanya.
Saya yakin, dia akan
memilih untuk membeli buah baru yang belum dicoba orang lain. Saat
itulah saya akan berdiskusi dengannya dan menganalogikannya dengan
pacaran.
Jangan sampai kita menjadi bahan “icip-icip” saja. Lebih
mulia jika kita menjaga izzah dan iffah kita, karena Allah menyimpan
jodoh yang terbaik hanya bagi orang yang berusaha menjadi yang terbaik,
pada saat terbaiknya nanti.
Dapatkah dia memilih orang yang
terbaik untuk dijadikan menantu kami dan orang tua anak-anaknya kelak
dengan cara pacaran yang telah ia sebutkan sewaktu di rumah?
Akhirnya
saya akan mengajaknya berdo’a bersama-sama dengan do’a yang diajarkan
al-Quran agar dikaruniai pasangan dan keturunan yang menyejukkan mata,
dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Aamiiiin
(Iis Istiqomah)
Lihat Dulu Latar Belakangnya
Jika
anak2ku bertanya,”Ummi, bolehkah aku pacaran?” Ini pertanyaan yg..
jujur,buat saya sebagai Ibu ‘harus sangat berhati2′ u menjawabnya.
Mengapa? Karena anak bertanya itu bs didasari oleh bbrp latar belakang
pemikiran :
- yang bisa jd dia bertanya karena memang
konteksnya meminta izin…atau sederhananya,dia lg kepengen curhat karena
sedang suka dg ‘seseorang’..
- Bertanya krn konteksnya sedang mencari “ilmu yang benar”.
- Bertanya krn ‘menguji’ pengetahuan orangtuanya.
Saya
mengenali anak2 saya seperti inilah mereka…maka dalam memberikan
awaban,sebelumnya harus saya ketahui dulu. “Mengapa kamu menanyakan hal
ini?”
Dikorek dulu apa sebenarnya yg mereka inginkan dr pertanyaan
ini, krn jawabannya akan berbeda,untuk ke-3 konteks tersebut..meskipun
tetap, yg saya harapkan dr anak2, mereka paham yg benar ,dan nantinya
mau menjalankan syari’at dg ikhlas.
Untuk konteks yg ke-2 dan
3,saya dpt “langsung” mengungkapkan dg bahasa ilmu, ketentuan syari’at,
contoh real, lalu melihat respon balik anak, dan mungkin menjawab
pertanyaan ‘lanjutan’.
Namun, untuk konteks yg pertama, sy hrs
membicarakan dg perlahan,bisa jadi perlu waktu yg tidak satu dua kali
berbicara,krn anak sdg mengalami masa “kasmaran”, suka dg lawan jenis yg
alamiahnya,kalau sy langsung tegas lugas menjawab “TIDAK!”, anak bs jd
akan menolak,dan berbalik berbuat ‘menentang saya’…Na’udzubillah.
Maka
saya akan pelan2 mengajaknya u bisa berbicara jujur dari hati ke hati,
lembut, sehingga anak dapat mengeluarkan isi hatinya yg paling dalam,
tdk menyembunyikan sesuatu, sekaligus dapat nyaman u bercerita tanpa
merasa terancam atau bakal dikritik habis2an kesalahannya.
“Apa yg
kamu rasakan,Nak? Mengapa orang itu yg kamu sukai? Pacaran seperti apa
yg kamu maksud? Ceritakanlah, karena Ummi pun tau dan pernah
mengalaminya.
Nak…suka kepada lawan jenis,adalah fitrah dr Allah.
Kamu boleh suka kepada siapa pun, apalagi suka melihat akhlaknya,
kepandaiannya, smart, kepribadiannya, kesholehannya, yg bisa kamu
jadikan contoh yg baik. Dan kamu harus menjaga rasa suka itu sesuai dg
fitrahnya.”
“Bagaimana Mi?”
“Menurutmu bagaimana,Nak?” Biarkan anak menjelaskan bagaimana sudut pandangnya tanpa kita cela.
“Boleh
Ummi tambahkan?” Barulah dijelaskan hukum2nya, bagaimana pengalaman
Ummi dan Abinya, atau belikan untuknya buku panduan pergaulan Islami,
“Ayo,..kita sama2 belajar..”
Sbg orangtua, kami hrs dg bijak
memahami perasaan anak, berada di sisi anak u mendampingi,dan biarkan
mereka memahami bahwa “Oh,Abi dan Ummi menyayangiku koq..” Tapi jg, di
sisi lain, tetap memberikan jalan kepada anak untuk menelaah, mendalami
ilmu yg benar, bertanya kepada “guru” yg ahli (ustadz,
psikolog,seksolog, melihat realita dan kemungkinan buruknya kalau tdk
menjaga pergaulan), buku2, serta panduan utama kita : Al Qur’an…
Berusaha
tetap dalam koridor mendengarkan anak (bukan diktator), sambil terus
menemani mereka melalui masa2 ini, yg bisa saja mereka cepat paham,atau
bisa jadi perlu waktu yg panjang….. (Raden Yani Kusmayani)
Menyayangi Berarti Menjaga
“Alhamdulillaaahhhh…..anak
mama sudah besar dan mempercayai mama selayaknya temannya
kakak….memangnya rasanya seperti apa sayang? “
Dia tentu akan jawab, “ya gitu deh ma..masak mama g ngerti…”
“Sayang,
karena mama jauh lebih sayang sama kakak…boleh yaa mama kenal sama
teman kakak yang kakak sebut “pacar” itu? Bukan apa2 sayang biar mama
tau anaknya itu baik apa g? Anak itu bener2 mau jagain kakak apa enggak?
Krena niatan untuk “pacaran” itu berarti MENJAGA bukan?
Berarti
menjaga tubuhnya ‘dia’ maupun juga tubuhnya kakak, menjaga mata dan
auratnya masing2 jangan sampai tersentuh, ataupun terlihat yg memang
bukan ‘hak’nya.
Karena arti pacaran itu bukan mengobral tubuh
untuk disentuh maupun menyentuh. Itu adalah hak dari ‘Suami maupun
Istri’ nanti setelah adanya ijab kabul. Kolot yaaaa?
Auuuhh maaf
anakku. Sebelum kakak diminta secara resmi oleh seseorang yg disebut
dengan ‘suami’ kakak masih jadi tanggung jawab ayah sama mama di akhirat
nanti…dan karena itu mama minta tolong sama kakak untuk bantu ayah dan
mama agar bisa meringankan sedikit beban pertanggungan jawaban kepada
Tuhan nanti dengan menjaga aurat sampai nanti ada waktunya seseorang
meminta ijin kepada ayah dan mama untuk meminang kakak.
Bantu mama
untuk mempercayai kakak supaya bisa menjaga tanggung jawab itu ya
sayang. Mama yakinn kakak anak yg tidak pernah membuat gusar maupun
merisaukan orang tua, karena kakak cinta Allah juga cinta sama ayah dan
mama. “
“Jadi boleh apa enggak Ma?”
“Sayang anakku,
bertemanlah dengan siapapun yg bikin kakak jadi kepikiran terus sama
siapa saja, jika dia memang tampan, pintar, santun, sholeh apa lagi,
bergaullah guna menambah ilmu, jadikan sahabat yg mengutamakan
‘kepedulian juga rasa hormat atas dirimu ankku’ tapi bukan karena ‘rasa
nafsu’..Mama tdk bisa menjaga engkau 24jam penuh atas waktu sehari2
sampai engkau benar2 dipinang seseorang, karena itu berteman sajalah
sayang karena pacaran lebih asyyiikkk ketika kita sudah menjadi
mukhrimnya….ok? (Nisful Laila)
3 Langkah Efektif: Curhat, Diskusi & Bimbing Anak Ambil Keputusan
Menurut saya,inilah 3 langkah efektif yang perlu dilakukan orangtua saat anak ingin PACARAN:
Stage 1: Ortu menjadi Teman Curhat
Dengarkan
baik-baik alasan anak kita ingin pacaran dengan niatan ingin memahami
perasaan anak.Bukan karena ingin meng-counter segala pernyataannya.
Contoh reaksi: Pacaran? Siapa nih yang beruntung ditaksir sama kamu? Ibu boleh tahu nggak?
Stage 2: Ortu menjadi Teman Diskusi
Mengajukan
pertanyaan-pernyataan simpel tapi mengena. dengan lembut tanpa
memojokkan. Karena, pertanyaan ini bertujuan membimbing anak kita untuk
berpikir lebih dalam dan bijak tentang keinginannya berpacaran. Bukan
untuk menjatuhkan mental dan harga dirinya.
Contoh: Kalau kita
suka seseorang itu harus pacaran ya? Kira2 dulu pas Siti Khadijah
naksir nabi muhammad,trus mereka pacaran nggak ya? Kalau orang islam
boleh pacaran nggak ya?
Biarlah anak kita yang membuat kesimpulan
sendiri, apakah pacaran itu diperbolehkan atau tidak.untuk anak remaja
atau lebih dewasa,bisa kita ajak ‘mengheningkan cipta’ untuk belajar
mendengarkan suara hatinya.
Stage 3: Orangtua menjadi Pembimbing Pengambilan Keputusan
Ada
waktu dimana kita harus berperan sebagai sahabat/teman dan ada waktunya
pula kita berperan sebagai Orangtua. Kita arahkan anak mengambil
keputusannya sendiri. Bimbinglah supaya keputusan yang ia buat, berada
dalam koridor aturan keluarga yang kita buat. Jika anak mengalami
kebuntuan,berikanlah ide yang tidak mengekang namun juga tidak
membebaskan ‘semau gue’.
Contoh keputusan dengan kesimpulan bahwa
pacaran tidak baik: Anak tetap bisa mengekspresikan rasa sayang tidak
dengan pacaran. Misalnya,membantu kesulitan orang yang disukainya (dalam
hal positif). Membelikan hadiah bermanfaat seperti buku, alat
olahraga,dll. Mengubah bentuk pacaran menjadi sahabat dan teman
iskusi.tentunya sesuai aturan pergaulan antar lawan jenis.
Menawarkan
pada anak untuk mengikuti kegiatan ekstra yang ia sukai, misalnya les
musik, ikut klub olahraga, dll. Supaya energi anak yang meluap
tersalurkan ke hal yang positif. Juga, untuk mengalihkan passion nya
dari pacaran ke hal yang lain.
At last but not least, buatlah anak
merasa diterima di rumah dan disayangi oleh keluarganya.Luangkan waktu
untuk mempererat ikatan keluarga. Agar anak-anak tidak haus kasih sayang
dan mencarinya di luar rumah.
Berdoalah semoga keluarga kita
senantiasa berjalan di JALAN YANG LURUS. Dan termasuk dalam rombongan
Rasulullah untuk memasuki pintu surga.Amien
(Eryani Widyastuti)
Penulist
Buku Best Seller “Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih” dan Fasilitator
Pelatihan Orangtua PSPA di lebih dari 40 kota 15 Propinsi di Nusantara